}
Free Atom Cursors at www.totallyfreecursors.com
Setelah itu copy kod JieZunaE: PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN

Sabtu, 12 Mei 2012

PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN




Muhammad SAW disamping sebagai Rasulullah juga sebagai kepala pemerintahan dan pemimpin masyarakat. Setelah beliau wafat, fungsi sebagai Rasulullah tidak dapat digantikan oleh siapapun manusia di dunia ini. karena pemilihan fungsi tersebut ialah mutlak dari Allah SWT. Fungsi beliau sebagai kepala pemerintahan dan masyarakat harus ada yang menggantikannya. Selanjutnya pemerintahan Islam dipimpin oleh 4 orang sahabat terdekatnya. Kepemimpinan dari para sahabat Rasul ini disebut periode Khulafaurrasyidin (para pengganti yang mendapatkan bimbingan ke jalan yang lurus).
Empat khalifah tersebut ialah :
1.      Abu Bakar Ash Shiddiq                              11-13 H / 622-624 M
2.      Umar bin Al-Khattab                                  13-23 H / 634-644 M
3.      Usman bin Affan                                         23-35 H / 644-656 M
4.      Ali bin Abi Thalib                                        35-40 H / 656-661 M[1]
Þ    Proses dan Model Pemilihan Serta St rategi Pemilihan Yang Dilakukan Oleh Para Khulafaurrasyidin.
A.     Abu Bakar
  1. Proses dan Model Pemilihan Abu Bakar Sebagai Khalifah
Abu Bakar memangku jabatan sebagai khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung sangat demokratis di Muktamar Tsaqifah Bani Sa’idah memenuhi tata cara perundingan yang dikenal di dunia modern saat ini. kaum Anshor menetapkan pada persyaratan jasa (merit), mereka mengajukan calon Sa’ad bin Ubadah. Kaum Muhajirin menekan pada persyaratan kesetiaan mereka mengajukan calon Abu Ubaidah ibn Jarrah. Sementara itu, dari Allah Bait menginginkan agar Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah atas dasar kedudukannya dalam Islam, juga sebagai menantu dan karib Nabi. Hampir saja perpecahan terjadi bahkan adu fisik. Melalui perdebatan dengan berada argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jama’ah kaum muslimin untuk menduduki jabatan khalifah.


  1. Strategi Kepemimpinan Abu Bakar
Pada awal pemerintahannya, Abu Bakar menegakkan prinsip-prinsip agama, yakni pemberantasan Nabi palsu, memerangi orang yang tidak mau membayar zakat, dan memerangi orang yang murtad, termasuk menangani suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada kepemimpinan Islam di Madinah. Abu Bakar juga memperluas dakwah Islamiyah ke wilayah lain.
Adapun jasa-jasa Abu Bakar antara lain :
1.      Menghimpun Al Qur’an.
2.      Memperluas wilayah penyebaran agama Islam
Adapun peninggalan non fisik berupa :
1.      Semangat dan tekad untuk memelihara apa yang telah dicapai di masa Rasulullah.
2.      Sikap berpegang teguh pada kebenaran yang bersumber dari Al Qur’an.
3.      Jiwa berkorban dan maksimal, baik hartanya, tenaganya, pikirannya dan jiwanya dalam membela Islam, jiwa nabi dan umat-umatnya.[2]

B.     Umar bin Khattab
  1. Proses dan Model Pemilihan Umar bin Khattab Sebagai Khalifah
Umar bin Khattab diangkat dan dipilih oleh para pemuka masyarakat dan disetujui oleh jama’ah kaum muslimin. Pada saat menderita sakit menjelang ajal tiba, Abu Bakar melihat situasi negara masih labil dan pasukan yang sedang bertempur di medan perang tidak boleh terpecah akibat perbedaan keinginan tentang siapa yang akan menjadi calon penggantinya, ia memilih Umar. Pilihannya ini sudah dimintakan pendapat dan persetujuan para pemuka masyarakat pada saat mereka menengok dirinya sewaktu sakit.[3]

  1. Strategi Kepemimpinan Umar bin Khattab
Banyak pembaharuan yang dilakukan antara lain :
a.       Memperbaharui dan melengkapi pemerintahan sehingga terdapatlah dewan-dewan atau jabatan-jabatan yang mengurusi berbagai keperluan masyarakat.
b.      Disetiap wilayah kekuasaan didirikan Baitul Mal.
c.       Membuat mata uang baru dari logam.
d.      Mengangkat hakim.
e.       Mengatur perjalanan pos.
Dari segi fisik, beliau menggalkan perluasan wilayah dakwah, misalnya:
a.       Diwilayah kekuasaan Persi menguasai seluruh wilayah Irak dan Iran yang sebelumnya dikuasai oleh Persi
b.      Diwilayah kekuasaan Romawi, menguasai seluruh Yordan, Syiria, sebagian Eropa, Baitul maqdis, Mesir.

C.     Usman bin Affan
1.      Proses dan Model Pemilihan Usman bin Affan Sebagai Khalifah
Ketika Umar bin Khattab merasa semakin lemah, akibat luka yang dideritanya karena tusukan Abu Lu’Luah sang Nasrani Parsi, ia menetapkan salah seorang menjadi kholifah ke-3. Ditambahkannya putranya, Abdullah bin Umar hanya sebagai pendengar dan pemilih manakala menemui kebuntuan, dan tidak boleh dipilih sebagai calon. Enam orang yang dimaksud adalah :
a.       Usman bin Affan
b.      Thalhal bin Ubaidillah
c.       Zubair bin Awwam
d.      Sa’ad  bin Abi Waqash
e.       Abdurrahman bin Auf
Setelah Umar bin Khattab wafat, mereka bermusyawarah. Dalam musyawarah itu, Abdurrahman bin Auf mengundurkan diri dari calon dan minta agar diberi wewenang penuh untuk menetapkan calon khalifah berdasarkan keinginan yang berkembang di kalangan kaum muslimin. Usul itu disetujui oleh seluruh anggota tim. Maka pada tahun 23 H (644M) Utsman bin Affan secara resmi terpilih menjadi khalifah ketiga setelah Umar, Usman menjadi khalifah selama 12 tahun, dan termasuk khalifah terlama berkuasa di Khulafaurrasyidin.

2.      Strategi kepemimpinan Usman bin Affan
Jasa-jasa dan peninggalan khalifah Usman bin Affan yang menjadi strategi kepemimpinannya antara lain:
a.       Mampu menginsyafkan Azerbaijan dan Armenia yang bermaksud melepaskan diri dari ikatan perjanjina dengan kekuatan islam zaman Umar bin Khattab. Pasukan muslim dibawah komando Al- Walid bin Aqabah mendatangi mereka (penguasa sanggup kembali kepada kekuasaan islam)
b.      Memperluas wilayah dakwah islamiyah
c.       Membangun angkatan laut yang tangguh
d.      Menggadakan Al-Qur’an yang dikenal dengan nama Mushaf Usman.

D.    Ali bin Abi Thalib
1.      Proses dan Model Pemilihan Ali bin Abi Thalib Sebagai Khalifah
Ali bin Abi Thalib termasuk Assbiqu Nal Awwalun, bahkan ia remaja pertama yang masuk islam. Ia anak paman Rasulullah sekaligus menantu Rasulullah dikawinkan dengan Fatimah. Dan dari dialah mempunyai keturunan Hasan dan Husen.[4]
Ali bin Abi Thalib dipilih dan diangkat oleh jama’ah kaum Muslimin di Madinah dalam suasana yang sangat kacau, dengan pertimbangan jika khalifah tidak segera dipilih dan diangkat, maka keadaan akan semakin bertambah kacau. Meskipun ada golongan yang diangkat mejadi khalifah karena Ali masih ada. Dia adalah bintangnya Bani Hasyim.[5]

2.      strategi Kepemimpinan Ali bin Thalib
Jasa-jasa Ali dalam segi non fisik, antara lain :
a.       Mengembalikan fungsi Baitul Mal untuk kepentingan golongan lemah
b.      Berusaha menempatkan penguasa sesuai kemampuan dan kepribadiannya
c.       Mengembangkan ilmu Bahasa Arab
Adapun keteladana Ali bin Abi Thalib, antara lain :
a.       Keberaniannya mengambil resiko dalam perjuangan
b.      Sifat yang luhur, seperti jujur, sederhana, adil dan tegas
c.       Ilmu nahwu yang menjadi cabang dari bahasa Arab bersumber dari ilmu yang dikembangkan oleh Ali
d.      Kalender tahun Hijriyah yang diberlakukan pada masa khalifah Umar sesungguhnya karya dari Ali bin Abi Thalib.[6]



DAFTAR PUSTAKA

Maryam, Siti. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta : IAIN Suka.
Ma’ruf, Misbach. 1994. Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Aliyah. Semarang : CV. Wicaksana.






















Pertanyaan :
  1. kenapa Abdurrahman bin Auf mengundurkan diri dari calon kholifah ?
Jawab: karena beliau meminta agar diberi wewenang penuh untuk calon kholifah berdasarkan keinginan yang berkembang di kalangan kaum muslim.
  1. mengapa Usman bin Affan mengangkat sepupunya pada kedudukan-kedudukan penting  ?
jawab : karen Usman bin Affan dituduh melakukan nepotisme (sistem famili) tetapi beliau mengelak dengan tuduhan itu, karena beliau pikir, para sepupunya itu sudah menduduki kedudukan penting itu sebelum beliau menjadi kholifah, jadi beliau hanya memberikan perpanjangan masa jabatan sepupunya itu.


[1] Siti Maryam. Sejarah Peradaban Islam (IAIN Suka : Yogyakarta, 2003) hal. 51-52.
[2] Misbach Ma’ruf. Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Aliyah. (Semarang : CV. Wicaksana. 1994). Hal 21-24.
[3] Ibid. hal. 53.
[4] Ibid. hal. 22-24
[5] Ibid. hal. 53
[6] Ibid. hal. 24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar