BAB I
BAGIAN ISI
1.
Latar Belakang Karya Wisata
Dunia anak lebih
dominan dengan dunia bermain. Bahkan dari bermain ini pula anak akan menyerap
banyak pelajaran maupun hikmah baik secara langsung maupun secara tidak
langsung, yang baik maupun yang kurang baik. Dalam pembelajaran dikelas pun
untuk menyampaikan suatu materi akan lebih menarik dan diterima apabila di
kaitkan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Disini lah makna kontekskualitas
dari desain pembelajaran dituntut, artinya pembelajaran akan lebih bermakna
apabila menyentuh dunia nyata yang dialami oleh anak itu sendiri. Bermain itu
sendiri tidak terbatas dengan sebuah permainan, melainkan segala perilaku dan
keterlibatan emosi anak dalam persinggungannya dengan orang lain maupun
lingkungan sekitar.
Untuk itu perlu
kiranya pada waktu tertentu anak (siswa) dibawa kelingkungan alami diluar
sekolah untuk membandingkan antara teori yang telah diterima dikelas dengan
kenyataan dilapangan. Salah satu alternatif dari kegiatan tersebut adalah
kegiatan karya wisata siswa (studi tour) ke suatu tempat. Selain itu dalam
kegiatan ini anak dituntut untuk mampu belajar menyusun laporan sebagai praktek
dalam pembelajaran menulis mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal terpenting
dalam kegiatan ini adalah membekali siswa untuk belajar dan berfikir kritis dan
membiasakan siswa untuk menulis suatu karya ilmiah.
2.
Tujuan Karya Wisata
a.
Melaksanakan
salah satu program kerja sekolah
b.
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk membandingkan/mempraktekkan teori yang telah
diterima dengan lingkungan yang sebenarnya.
c.
Melatih
siswa terutama siswa kelas 8 untuk dapat menyusun laporan kegiatan secara
benar.
d.
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengunjungi beberapa obyek wisata di kawasan
Jakarta.
3.
Manfaat Karya Wisata
a.
Menambah
wawasan dan pengetahuan siswa
b.
Melatih
siswa untuk selalu berfikir kritis dan analitis
4.
Waktu dan Obyek
a.
Kegiatan
akan dilaksanakan pada 26 Maret 2012
b.
Obyek
yang dikunjungi meliputi :
1)
Iptek Sundial
2)
Museum Geologi
3)
Bandung Carnival Land
4)
Cibaduyut
5.
Gambaran Obyek
A.
Iptek Sundial
B.
Museum Geologi
C.
Bandung Carnival Land
D.
Cibaduyut
A. SUNDIAL
Masih di RTM,
sebuah konsultan desain arsitektur di Bandung, kami diberi kesempatan untuk
mengikuti sebuah sayembara terbatas yang diselenggarakan oleh sebuah pengembang
yang cukup ternama di Padalarang. Pada awalnya kami diminta untuk menjabarkan
pemahaman kami tentang sebuah “gerbang masuk sebuah kawasan”, yang selanjutnya
disebut sebagai “entry gate project”, dimana di dalamnya, kami diminta
memberikan gagasan awal tentang ikon/landmark sebuah kawasan yang sedang
dikembangkan, yang bertema “Kota Baru Berwawasan Pendidikan”. Dari
situlah muncul gagasan tentang “Sundial/Jam Matahari” yang dapat diartikan
sebagai teknologi yang paling sederhana yang telah dikenal sejak awal peradaban
manusia. Dimana teknologi dan pendidikan adalah suatu yang inherent.
Beruntung kami memenangi sayembara desain tersebut, sehingga
konsep sundial dapat dieksplorasi lebih jauh. Digabung dengan “Gerbang
Bulan” sebagai ‘penanda’ di area main gate dan patung bola dunia
sebagai “center of gravity”, jadilah entry gate project
ini tergabung dalam sebuah konsep sumbu konstelasi kosmik alam semesta,
Bumi-Bulan dan Matahari….
Dimana bumi adalah pusat orientasi, matahai adalah pusat
rotasi, dan bulan berada di antaranya.
Dibantu oleh seorang seniman, yang juga seorang pengajar di
Fakultas Seri Rupa & Desain di sebuah perguruan tinggi negri ternama di
Bandung, dibuatlah sebuah patung bola dunia utuh dari batu-padalarang
berdiameter hampir 2 meter di kelilingi kolande 12 bulan dengan relief 12
penanggalan kuno yang pernh dikenal dalam sejarah kebudayaan manusia
Pada kelanjutan pengembangan desain, client mengharapkan
landmark yang berupa sundial/jam matahari tersebut, juga dapat difungsikan
sebagai sebuah bangunan pamer atau galeri dari lembaga Pusat Peragaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (PUSPA
IPTEK).
Bangunan sundial/jam matahari ini sendiri terdiri dari 3
bagian utama, yaitu gnomon (batang bayangan), bangunan utama yang
berfungsi sebagai galeri PUSPA IPTEK, dan bidang dial yang dapat digunakan
sebagai arena bermain anak. Di dalam bangunan sundial terdapat viewing deck
untuk mengamati jatuhnya bayangan gnomon pada bidang dial. Sedangkan untuk
menentukan sudut kemiringan gnomon, arah poros sumbu bumi dan ketinggian
bangunan, kami dibantu oleh team astronomi independen, sehingga jatuhnya
bayangan matahari pada bidang dial sesuai dengan perhitungan dengan akurasi
tinggi. Tabel koreksi waktu akibat sudut inklanasi matahari ditempelkan disisi viewing
deck dan dikoreksi ulang setiap setahunnya.
Selain di-claim sebagai jam matahari terbesar versi
MURI, diakui juga sebagai jam matahari pertama yang mengintegrasikan sundial
horisontal dan vertikan secara bersamaan, yang dapat dilihat pada sundial
vertikal di gerbang masuk bangunan.
Warna-warna cerah diaplikasikan sesuai simbol spektrum warna
untuk panas dan sinar, sekaligus memperkuat kesan colorful, yang sesuai dengan
tema untuk anak-anak, yang merupakan fokus dasar pendidikan. Hingga
sekarang, dengan komitmen dari pengembang dan partisipasi dari masyarakat
pendidikan, khususnya pendidikan dasar, sundial ini telah menjadi ikon/landmark
kawasan yang dijadikan salah satu objek tujuan wisata pendidikan di Jawa Barat (PUSPA IPTEK).
Sundial atau yang lebih simple di artikan adalah Jam
Matahari, yaitu sebuah alat yang digunakan sebagai penunjuk waktu.
Sundial terdiri dari beberapa jenis, yaitu sundial
horosontal, vertical, ekuatorial dan meridian. Masing-masing sundial memiliki
aturan tersendiri dalam pembuatannya.
Sundial Kota Baru Parahyangan adalah jenis Sundial pertama di
Indonesia yang berfungsi sebagai sundial jenis horizontal dan vertical terpadu,
juga sebagai sundial terbesar di Indonesia (Sertifikat Museum Rekor Indonesia:
Mei 2002).
Sundial ini juga diakui sebagai Sundial Terintegrasi Vertikal
dan Horizontal Terbesar di Dunia. Sundial ini menunjukan waktu Jam dan Bulan
(Januari s/d Desember). Di dalamnya terdapat museum Iptek untuk tempat peragaan
Sains.
Lokasi Proyek yang terletak pada lintang 6o51’ LS dan bujur
107 o19’BT, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Design Sundial
ini, antara lain:
1. Sundial Vertikal
* Penentuan
Kemiringan Bidang Dial
*
Penentuan posisi dan panjang Gnomon
*
Penentuan Garis Jam (hour lines) dibidang dial
2.
Sundial Horisontal
·
Penentuan posisi dan ketinggian
gnomon disesuaikan dengan ukuran bidang dial yang ada
·
Penentuan garis jam (hour lines)
di bidang dial
·
Penentuan garis Zodiak di bidang
dial
Sejarah
Museum Geologi terletak di
Jalan Diponegoro No. 57, Kota Bandung, Jawa Barat. Museum yang menyimpan dan
mengelola berbagai macam materi geologi ini telah berdiri sejak zaman
penjajahan Belanda, tepatnya tanggal 16 Mei 1929. Adapun tujuan pendiriannya
berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan geologi dan tambang di wilayah
Nusantara oleh para ahli geologi bangsa Eropa yang dimulai sejak pertengahan
abad ke-17 hingga timbulnya revolusi industri di daratan Eropa pada pertengahan
abad ke-18.
Bangsa Belanda (salah satu
negara di Benua Eropa) yang waktu itu berkuasa di tanah air, tentu saja sangat
membutuhkan bahan tambang sebagai bahan dasar industri di negerinya sendiri.
Oleh karena itu, mereka kemudian membentuk sebuah lembaga pada tahun 1850
bernama Dienst van het Mijnwezen yang bertujuan untuk melakukan penyelidikan
geologi dan sumberdaya mineral.
Dienst van het Mijnwezen yang
pada tahun 1922 berganti nama menjadi Dienst van den Mijnbouw ternyata sangat
serius melakukan tugasnya dengan mengumpulkan berbagai macam batuan, mineral,
fosil, laporan dan peta sehingga memerlukan tempat khusus untuk penyimpanan dan
penganalisisan lebih lanjut dari bahan-bahan temuan tersebut.
Sebagai jalan keluarnya, mereka
lalu membangun sebuah gedung tempat penyimpanan di Rembrandt Straat Bandung
yang rancangannya digarap oleh Ir. Menalda van Schouwenburg dengan gaya art
deco. Pembangunannya memerlukan waktu selama 11 bulan dengan 300 orang pekerja
dan menghabiskan dana sekitar 400 Gulden. Sedangkan peresmiannya dilakukan pada
tanggal 16 Mei 1929, hampir bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu
Pengetahuan Pasifik ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) di Bandung pada
tanggal 18-24 Mei 1929. Gedung itu kemudian dinamakan Geologisch Laboratorium.
Saat Jepang menguasai
Indonesia, pada tahun 1942 pihak Pemerintah Kolonial Belanda terpaksa
menyerahkan kekuasaan teritorialnya termasuk di dalamnya gedung Geologisch
Laboratorium melalui Letjen H. Ter Poorten (Penglima Tentara Sekutu di Hindia
Belanda) kepada pihak Jepang yang diwakili oleh Panglima Tentara Jepang, Letjen
H. Imamura di daerah Kalijati, Subang. Oleh Jepang Gedung Geologisch
Laboratorium diganti namanya menjadi Kogyo Zimusho dan setahun kemudian diganti
lagi menjadi Chishitsu Chosacho.
Setelah bangsa Indonesia
merdeka, Gedung Chishitsu Chosacho diambil alih dan pengelolaannya berada
dibawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG). Namun ketika tentara Belanda
(NICA) datang lagi dengan membonceng Amerika Serikat dan Inggris, mereka
berusaha menguasai kembali Chishitsu Chosacho pada 12 Desember 1945 yang
menewaskan seorang pemuda bernama Sakiman, sehingga kantor PDTG terpaksa
dialihkan atau dipindahkan ke Jalan Braga No. 3 dan 8.
Namun, kepindahan ke Jalan
Braga ternyata tidak berlangsung lama karena sejak Desember 1945 hingga
Desember 1949 terjadi pertempuran antara rakyat Indonesia melawan pasukan
Belanda di berbagai daerah yang membuat kantor PDTG harus berpindah-pindah dari
Bandung – Tasikmalaya – Magelang – Yogyakarta untuk menyelamatkan
dokumen-dokumen penting hasil penelitian geologi. Dalam usaha menyelamatkan dokumen
tersebut, pada tanggal 7 Mei 1949 Arie Frederik Lasut yang saat itu menjabat
sebagai Kepala Pusat Djawatan Tambang dan Geologi diculik dan dibunuh oleh
tentara Belanda di Desa Pakem, Yogyakarta.
Setelah situasi politik dan
keamanan di Indonesia terkendali, tahun 1950 kantor PDTG kembali lagi ke
Geologisch Laboratorium dan berganti nama menjadi Djawatan Pertambangan
Republik Indonesia (DPRI). Nama DPRI tidak bertahan lama dan beberapa kali
diganti hingga sekarang menjadi Pusat Survei Geologi. Nama-nama tersebut
adalah: Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950-1952), Djawatan Geologi
(1952-1956), Pusat Djawatan Geologi (1956-1957), Djawatan Geologi (1957-1963),
Direktorat Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
(1978-2005), dan Pusat Survei Geologi (akhir 2005 sampai sekarang).
Selain nama yang
berganti-ganti, status museum pun juga berganti. Pada tahun 2002 melalui Kepmen
No. 1725 tahun 2002 status museum yang tadinya Seksi Museum Geologi menjadi
Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Balitbang Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM). Tiga tahun kemudian (akhir 2005), status UPT Museum
Geologi berada dibawah Badan Geologi bersamaan dengan terbentuknya Badan
Geologi sebagai Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral.
Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas pokok Museum Geologi
adalah sebagai penunjang dan operasional untuk melaksanakan penelitian,
pengembangan dan konservasi serta memperagakan koleksi geologi. Sementara
fungsinya adalah: (1) penyiapan rencana dan program penelitian, pengembangan,
konservasi, peragaan dan publikasi koleksi geologi; (2) pelaksanaan pengelolaan
dan pengembangan dokumentasi; (3) pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan
peragaan; (4) pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta publikasi; (5)
pelaksanaan dan pengembangan kerja sama serta pelayanan jasa permuseuman; (6)
pelaksanaan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga; dan (7)
evaluasi pelaksanaan rencana dan program penelitian, pengembangan, konservasi,
peragaan dan publikasi koleksi geologi.
Fasilitas dan Koleksi Museum Geologi
Fasilitas penunjang, baik
gedung maupun peralatan dan perlengkapan yang dimiliki oleh Museum Geologi
tergolong lengkap, karena pada tahun 1999 pernah mendapat bantuan dari JICA (Japan
International Cooperation Agency) senilai 754,5 juta yen untuk merenovasi
gedung. Setelah selesai, gedung yang beberapa bulan ditutup untuk umum selama
masa renovasi, dibuka kembali dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Megawati
Soekarnoputri pada tanggal 23 Agustus 2000.
Hasil renovasi tahun 2000 ini
menjadikan museum memiliki 3 kelompok ruang peragaan, yaitu: Kelompok Sejarah
Kehidupan, Kelompok Geologi Indonesia, dan Kelompok Geologi dan Kehidupan
Manusia. Selain itu ada juga ruang dokumentasi untuk menyimpan koleksi secara
lebih memadai agar mudah diakses oleh pengguna, baik masyarakat umum, peneliti
maupun grup industri.
Ketiga kelompok ruang peragaan
tersebut berada pada lantai I dan II gedung museum. Lantai pertama terbagi
menjadi 3 ruang utama, yaitu: ruang orientasi di bagian tengah, ruang sayap
barat dan ruang sayap timur. Pada bagian ruang Orientasi terdapat peta geografi
Indonesia dalam bentuk relief layar lebar yang menayangkan kegiatan geologi
dalam bentuk animasi, bilik pelayanan informasi museum serta bilik pelayanan
pendidikan dan penelitian.
Selanjutnya, adalah Ruang
Geologi Indonesia yang berada di bagian sayap barat gedung museum. Di dalam
Ruang Geologi Indonesia terdapat beberapa bilik yang menyajikan informasi,
berupa: (1) hipotesis terjadinya bumi di dalam sistem tata surya1; (2) maket
model gerakan lempeng-lempeng kulit bumi yang menggambarkan tatanan tektonik
regional pembentuk geologi Indonesia berdasarkan teori tektonik lempeng karena
Indonesia terletak pada pertempuan tiga lempeng: Lempeng Eurasia, Lempeng
Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia; (3) gambaran keadaan geologi Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Kepulauan Maluku; (4) fosil-fosil
manusia purba2; (5) beragam jenis batuan (beku, sedimen, malihan), sumber daya
mineral yang ada di setiap daerah, dan susunan kristalografi dalam bentuk panel
dan peraga asli; (6) kegiatan penelitian geologi Indonesia termasuk peralatan
atau perlengkapan lapangan, sarana pemetaan, serta hasil akhir kegiatan berupa
peta geolologi, geofisika, gunung api, geomorfologi, seismotektonik dan
publikasi-publikasi sebagai sarana pemasyarakatan data dan informasi geologi
Indonedia; (7) gambaran beberapa gunung berapi aktif di Indonesia, seperti:
Tangkuban Perahu, Krakatau, Galunggung, Merapi, dan Batu; (8) maket kompleks
Gunung Bromo-Kelud-Semeru; dan (9) beberapa batuan hasil kegiatan gunung api
yang tertata rapi di dalam lemari kaca.
Sedangkan pada bagian sayap
timur lantai I gedung museum digunakan sebagai Ruang Sejarah Kehidupan yang
memamerkan: (1) sejarah perkembangan makhluk hidup dari zaman primitif hingga
modern; (2) panel-panel gambar tentang awal terbentuknya bumi sekitar 4,6
milyar tahun yang lalu, beberapa milyar tahun sesudahnya ketika bumo sudah
mulai tentang, dan gambaran ketika bumi sudah mulai dihuni oleh makhluk hidup
bersel-tunggal; (3) replika fosil Tyrannosaurus Rex Osbon dengan panjang 19
meter, tinggi 6,5 meter dan berat 8 ton yang diperkirakan telah hidup pada masa
Mesozoikum Tengah hingga Akhir atau sekitar 210-65 juta tahun lalu; (4)
gambaran evolusi mamalia yang hidup pada zaman Tersier (6,5-1,7 juta tahun
lalu) dan Kuarter (1,7 juta tahun lalu hingga sekarang) yang terekam baik
melalui fosil-fosil binatang menyusui (gajah, badak, kerbau, kuda nil) dan
hominid yang ditemukan di beberapa tempat di Pulau Jawa; (5) panel dan maket
penampang stratigrafi sedimen Kuarter daerah Sangiran, Trinil, dan Mojokerto;
(6) fosil dan replika tengkorak manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan
beberapa tempat di dunia serta artefak yang digunakan; (7) panel mengenai
sejarah pembentukan Danau Bandung, fosil ikan dan ular yang ditemukan pada
lapisan tanah bekas Danau Bandung, dan artefak-artefak bekas manusia prasejarah
yang menghuni sepanjang tepian Danau Bandung; dan (8) informasi tentang proses
pembentukan fosil (batubara dan minyak bumi) serta keadaan lingkungan purba.
Pada lantai kedua bangunan
museum dibagi menjadi 3 ruangan utama, yaitu: ruang barat, ruang tengah dan
ruang timur. Ruang barat dipakai oleh staf museum untuk menjalankan
tugas-tugasnya, sedangkan ruang tengah dan timur digunakan sebagai ruang peraga
yang dinamakan Ruang Geologi dan Kehidupan Manusia.
Ruang tengah lantai kedua
Museum Geologi memamerkan: (1) beberapa contoh batuan asal Papua yang tertata
rapi dalam lemari kaca; (2) miniatur menara pemboran minyak dan gas bumi; dan
(3) maket pertambangan emas terbesar di dunia yang berada di Pegunungan Tengah
Papua. Dalam maket ini terdapat tambang Gransberg yang mempunyai cadangan
sekitar 2,286 miliar ton, bekas tambang Ertsberg (Gunung Bijih) yang ditutup
pada tahun 1988, dan gabungan beberapa tambang terbuka dan bawah tanah aktif
yang memberikan cadangan bijih sebanyak 2,5 miliar ton.
Adapun ruang timur atau sayap
timur lantai kedua Museum Geologi dibagi lagi menjadi 7 ruang kecil yang
memberikan informasi tentang aspek positif dan negatif tatanan geologi bagi
kehidupan manusia. Rincian ketujuh ruang pameran tersebut adalah: ruang pertama
menyajikan informasi tentang manfaat dan kegunaan mineral bagi manusia serta
panel gambar sebaran sumberdaya mineral di Indonesia; ruang kedua menampilkan
rekaman kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral; ruang ketiga
menyajikan informasi tentang pemakaian mineral dalam kehidupan sehari-hari;
ruang keempat menampilkan cara pengolahan dan pengelolaan komoditi mineral dan
energi; ruang kelima memaparkan informasi tentang berbagai jenis bahasa geologi
seperti tanah longsor, letusan gunung api dan lain sebagainya; ruang keenam
menyajikan informasi tentang aspek positif geologi terutama berkaitan dengan
gejala kegunungapian; dan ruang ketujuh menjelaskan tentang sumberdaya air dan
pemanfaatannya serta pengaruh lingkungan terhadap kelestarian sumberdaya
tersebut.
Sebagai catatan, selain ruang
peragaan yang berada di dalam gedung, pada tahun 2011 Museum Geologi melengkapi
koleksinya dengan Taman Batu Geologi. Taman seluas 400 meter persegi di depan
museum ini diresmikan oleh Kepala Badan Geologi M Suchyar di sela-sela
peringatan Hari Bumi 2011. Tujuannya, selain untuk menyimpan koleksi berupa
batuan khas Nusantara yang jumlahnya sekitar 30 jenis dengan nilai yang cukup
mahal, juga untuk mengetahui siklus batuan di Indonesia. (gufron)
C. BANDUNG CARNIVAL LAND (BCL)
Tempat wisata alternatif kini hadir di daerah Bandung.
Bandung Carnival Land memiliki banyak wahana permainan yang sangat tepat untuk
mengisi liburan dan akhir pekan keluarga anda. Dengan berlokasi di daerah
karangsetra, Bandung Carnival land seakan menjadi Dufannya Bandung. Bandung
Carnival Land soft opening dilakukan pada tanggal 14 Maret
2011. Grand opening dilakukan pada 2 April 2011.
Terdapat 14 wahana yang ada di Bandung Carnival land
Wahana-wahana yang ada di Bandung Carnival Land ini antara lain lampion garden,
mangkok tsunami, ulat gila, buah terbang, cinema 4D, rumah hantu, bom-bom car ,
dan mobil gila. Dan kedepannya rencananya akan bertambah lagi.
Harga tiket masuknya hanya Rp. 30.000
(weekday) dan 40.000 (Weekend). Dengan harga tiket ini anda bisa menaiki semua
wahana maksimal 2 kali, kecuali sepeda udara dan cinema 4D maksimalnya
hanya 1 kali. Sangat murah untuk sebuah tempat wisata dengan banyak
wahana yang menarik. Bila belum puas menikmati wahana sesuai ketentuan maksimal
di atas anda bisa membeli tiket tambahan untuk tiap wahana sebesar Rp. 5000.
Anak-anak dengan dengan tinggi badan 85 cm ke atas dikenakan biaya tiket.
Bandung Carnival Land buka setiap hari dari jam 12.00 -
22.00. Terdapat juga foodcourt dengan fasilitas hotspot. Untuk rombongan
mulai 30-100 (pelajar) pihak BCL biasanya akan memberikan potongan harga.
Bandung Carnival Land ini bisa
jadi tambahan referensi untuk tempat liburan keluarga. Di samping harganya yang
terjangkau, tempat ini juga bisa dikunjungi oleh keluarga ataupun rombongan
sekolah. Lahan parkir yang disediakan cukup luas, jadi tidak perlu khawatir
dalam memarkirkan kendaraan anda. Selain wahana yang beragam, prasarana yang
disediakan oleh BCL juga memadai seperti misalnya, food corner yang menyediakan
bermacam-macam makanan bagi pengunjung. Di samping itu kamar mandi yang disediakan
di BCL pun cukup banyak dan bersih.
Sejauh ini wahana yang paling
ramai dikunjungi adalah Rumah Hantu. Semakin malam justru semakin banyak
pengunjung yang penasaran dengan isi wahana ini. Rencananya Bandung Carnival
Land masih akan menambah lagi wahana seru seperti Hysteria atau Tornado di
Dufan Ancol.
D. CIBADUYUT
Sepatu, tas dan dompet
merupakan salah satu asesoris yang selalu digunakan dan dibawa baik bagi pria
maupun wanita. Bandung merupakan salah satu sentral
pembuatan asesoris tersebut. Tepatnya berada di Cibaduyut Bandung. Cibaduyut
pun dikenal sebagai deretan toko terpanjang di Asia. Hasil produk sepatu
cibayudut tidak kalah dengan merek luar negeri. Buktinya dengan banyaknya turis
domestik yang datang ke sini.
Cibaduyut Bandung berada
di daerah selatan Bandung kira kira dari pusat kota sekitar 30 menit. Kawasan
ini awalnya terkenal dengan sentral sepatu kulit.
Untuk menuju ke Cibaduyut
tidak sulit. Di tandai dengan patung sepatu yang besar di depan perempatan
sebelum memasuki jalan Cibaduyut Bandung. Dengan adanya patung yang Sepatu
memudahkan untuk para pengunjung untuk bisa sampai ke cibaduyut bandung, karena
patung sepatu merupakan lambang atau ciri khas dari jalan cibaduyut dan patung
sepatu satu-satunya yang ada di kota Bandung. Pantung sepatu cibaduyut
merupakan akses pintu masuk menuju dari jalan Cibaduyut Bandung.
Sepanjang Jalan Cibaduyut
Bandung banyak berdiri toko toko yang menjual dan menerima pesanan sepatu.
Semua ukuran sepatu dapat dibuatkan di sini. Daerah ini terkenal karena harga
yang mereka tawarkan cukup murah, dan kwalitas yang cukup bagus.
Keistimewaan dari cibaduyut adalah
bagi anda yang ingin membeli sepatu dengan model yang anda inginkan anda bisa
melakukan pemesanan. Harganya pun bervariasi, mulai dari beberapa puluh ribu
saja sampai dengan ratusan ribu rupiah. Harganya pun bisa di tawar. Dengan
kualitas yang bagus juga. Mangkanya deangan kualitas yang terjamin prodak dari
cibaduyut sangat terkenal hingga ke Asia.
Selain sepatu, dompet dan tas
banyak juga di sini di jual makanan khas Bandung sebagai oleh oleh bandung.
Jika datang ke cibaduyut Bandung anda tak hanya belanja sepatu atau
makanan saja, namun dompet pun disini bisa dijadikan oleh oleh Bandung, karena
harga, bentuk dan kwalitas yang bagus.
Untuk anda yang menggunakan
kendaraan pribadi dari luar bandung anda bisa keluar dar Tol Kopo atau tol
Moch. Toha, karna kedua Tol ini akses keluar dari tol yang sangat dekat.
Berbagai oleh-oleh ciri khas kota bandung bisa anda dapatkan disini, seperti
penyeum, dodol, opak, dan lain-lain.
BAB II
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dari uraian di atas,
kegiatan widya wisata ini dapat di simpulkan bahwa di indonesia terutama di
Jawa Barat banyak terdapat tempat wisata yang perlu kita jaga dan lestarikan. Semua
wisata di Bandung yang kami kunjungi sangat memuaskan. Disana tempatnya sangat
bagus, banyak wahana-wahana yang menarik dan mengasyikan baik untuk belajar maupun rekreasi.
2.
Saran
Saran kami, kami
berharap kegiatan ini bisa terus
berlangsung dan lebih meningkatkan
perhatian kepada siswa-siswa.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar