KARYA
TULIS
“TRADISI SEDEKAH
BUMI LEGENANAN
DI
WARUNGASEM”
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas UAS:
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen
Pengampu : Drs. Slamet Untung, M.Ag
Disusun
Oleh :
Nama : Manshuroh
NIM : 2021 211 033
Kelas : RE IA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2011
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kita
panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada kita. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada
Rasulullah SAW yang kelak kita nantikan syafaatnya di hari Kiamat. Amiin...
Maksud dan tujuan penulis
menyusun karya tulis ini untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Ilmu Budaya Dasar. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima
kasih kepada Bapak Drs. Slamet Untung, M.Ag selaku Dosen Pengampu Ilmu Budaya
Dasar.
Penulis menyadari bahwa karya
tulis ini masih jauh dari sempurna. Akan tetapi penulis berharap semoga karya
tulis ini dapat bermanfaat untuk kita. Amiin...
Warungasem, Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................ 2
BAB III PEMBAHASAN.............................................................................. 4
A. Pengertian Sedekah
Bumi Legenanan........................................ 4
B. Tujuan Sedekah Bumi
Legenanan.............................................. 4
C. Prosesi dan
Pelaksanaan Sedekah Bumi Legenanan di
Warungasem............................................................................... 5
BAB IV PENUTUP........................................................................................ 8
BAB
I
PENDAHULUAN
Manusia diciptakan oleh Tuhan di bumi ini sebagai Khalifah. Kita sebagai
manusia diajarkan untuk berbuat baik kepada semua makhluk yang ada di bumi ini,
seperti : tumbuhan, hewan, alam serta makhluk ghaib. Dengan berbuat baik pada
semua makhluk di bumi ini, akan terbina hubungan yang harmonis, keselarasan
antar sesama makhluk, tercipta keseimbangan alam dan terhindar dari musibah
atau bencana.
Diantara contoh cara manusia untuk berbuat baik kepada makhluk di bumi ini
adalah Tradisi Sedekah Bumi Legenanan. Tradisi ini sering kita temukan di
masyarakat sampai saat ini. Tradisi Sedekah Bumi ini umumnya dilakukan untuk
menolak balak atau memperoleh keselamatan.
Dalam karya tulis ini, penulis akan
membahas tentang Tradisi Sedekah Bumi Legenanan di Warungasem, dengan tujuan
agar kita mengetahui unsur-unsur budaya yang terkandung dalam tradisi tersebut.
Kita juga dapat mengetahui fenomena budaya yang ada di lingkungan sekitar kita.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berartiu budi atau akal.
Sehingga kebudayaan dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”.
Adapun kata culture (bahasa Inggris) yang artinya sama dengan kebudayaan yang
berasal dari kata Latin Colere berarti mengalahm, mengerjakan terutama mengolah
tanah atau bertani.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil cipta, rasa, karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan
kehidupannya dengan cara belajar yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat.[1]
B. Wujud Kebudayaan
1. Wujud kebudayaan
sebagai kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan.
2. Wujud kebudayaan
sebagai kompleks aktivitas sistem tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
3. Wujud kebudayaan
sebagai benda-benda hasil karya manusia.
C. Unsur-unsur
Kebudayaan
1. Bahasa (lisan maupun
tertulis)
2. Sistem teknologi
(peralatan dan perlengkapan hidup manusia)
3. Sistem mata
pencaharian (mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi)
4. Organisasi sosial
(sistem kemasyarakatan)
5. Sistem pengetahuan
6. Kesenian (seni rupa,
seni sastra, seni suara
7. Religi[2]
Diantara contoh fenomena budaya masyarakat
adalah Tradisi Sedekah Legenanan yang akan dibahas pada karya tulis ini.
BAB III
PEMBAHASAN
TRADISI SEDEKAH BUMI LEGENANAN DI
WARUNGASEM
Warungasem adalah kecamatan di
daerah Kabupaten Batang, yang terdiri dari beberapa Desa seperti, Gapuro,
Warungasem, Banjiran, Masin, Cepagan, Pesaren, Sidorejo, Sijono, Terban.
Kecamatan Warungasem ini terkenal dengan daerah yang agamis karena banyak ulama
/ kyai yang lahir dari kecamatan ini. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri
masyarakatnya masih memegang tradisi yang sampai sekarang masih dilakukan oleh
masyarakat di Kecamatan Warungasem adalah Tradisi Sedekah Bumi Legenanan.
A. Pengertian Sedekah
Bumi Legenanan
Sedekah Bumi adalah suatu bentuk prosesi ritual
untuk berbuat baik atau memuliakan sesuatu yang ada di bumi, misalnya manusia,
tumbuhan, hewan, alam dan makhluk ghaib. Setiap daerah mempunyai cara
sendiri-sendiri untuk melaksanakan
tradisi ini. Tradisi Sedekah Bumi ini adalah warisan dari nenek moyang
atau pendahulu yang masih melekat sampai saat ini pada masyarakat di Kecamatan
Warungasem.
Sesuai dengan namanya Sedekah Bumi Legenanan ini
dilaksanakan setahun sekali, pada Bulan Legena. Biasanya dilaksanakan pada
malam Jum’at, tidak ditentukan tinggalnya yang penting dalam bulan Legena atau
Dzulqa’dah.
Legena berasal dari bahasa Jawa yang artinya
pasrah, tawakal. Dalam bulan Hijriyah atau Islam, Legena ini disebut juga
dengan Dzulqa’dah (ذولقعدة) yang artinya tempat persimpuhan, sehingga bulan ini diyakini oleh
masyarakat di Kecamatan Warungasem sebagai bulan atau waktu yang tepat untuk
memasrahkan diri, tawakal dengan cara melaksanakan sedekah bumi.
B. Tujuan Sedekah
Bumi Legenanan
Setiap tradisi yang dilakukan oleh masyarakat
mempunyai maksud dan tujuan tertentu, seperti halnya Tradisi Sedekah Bumi
Legenanan ini mempunyai tujuan. Tujuannya yaitu untuk menolak balak, mendapat
keselamatan, terhindar dari musibah atau bencana.
Akan tetapi, kita harus yakin bahwa segala sesuatu
itu ditentukan oleh Allah SWT, Allah lah yang memberi suatu musibah dan
keselamatan. Tradisi sedekah bumi adalah bentuk ikhtiar kita, selanjutnya kita
pasrahkan kepada Allah SWT.
C. Prosesi dan
Pelaksanaan Sedekah Bumi Legenanan di Warungasem
1. Sedekah Bumi
Legenanan di Desa Masin
Dalam pelaksanaan sedekah bumi ini, masyarakat di
Desa Masin membuat sedekah atau selamatan dalam bentuk GOLONG. Golong adalah
nasi dengan lauk pauknya dibungkus di daun pisang
Biasanya penduduk desa Masin ini membuat golong
dengan jumlah tertentu sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Kemudian
mereka membawanya ke masjid atau musholla pada malam harinya (biasanya malam
jumat). Di masjid atau di musholla itu diadakan kegiatan membaca surat yasin
dan tahlil yang di ikuti oleh penduduk laki-laki di Desa Masin ini. Biasanya di
pandu oleh Kyai yang termasyuhur di desa ini. Kemudian golong itu dibagikan
kepada penduduk yang mengikuti membaca yasin dan tahlil di masjid atau
musholla.
Dengan membuat sedekah atau selamatan dalam bentuk
makanan dan melaksanakan kegiatan baca yasin dan tahlil diyakini penduduk desa
Masin sebagai bentuk ikhtiyar mereka untuk memasrahkan diri kepada Allah,
sehingga Allah akan memberikan keselamatan kepada mereka.
2. Sedekah Bumi
Legenanan di Desa Banjiran
Dalam
pelaksanaan sedekah bumi Legenanan ini, masyarakat di desa Banjiran setiap
malam Jumat pada bulan Legena (Dzulqa’dah) membuat nasi tumpeng yang diberi
cabai, tomat, wortel. Selain itu, juga diberi belalang, capung yang di goreng,
serta bunga tujuh rupa. Kemudian sesaji ini diletakkan di tempat-tempat yang
diyakini masyarakat desa Banjiran ini sebagai tempat yang angker atau tempat
yang banyak dihuni makhluk halus atau makhluk ghaib.
Para
ulama’/ kyai di Desa Banjiran ini selalu memperingatkan kepada penduduk bahwa
jangan sampai dengan Tradisi sesaji inimenimbulkan syirik kepada Allah. Para
ulama’/ kyai menegaskan bahwa Tradisi sesaji ini dilakukan karena melestarikan
kebudayaan/ warisan nenek moyang dan ikhtiyar penduduk setempat untuk memeroleh
keselamatan. Mereka juga menegaskan bahwa Allahlah yang senantiasa memberikan
keselamatan kepada makhluknya.
Tradisi
sedekah bumi Legenanan dengan cara sesaji di desa Banjiran ini dimaksudkan
untuk berbuat baik kepada seluruh penghuni bumi, baik hewan, tumbuhan, alam
maupun makhluk ghaib.
3. Sedekah Bumi
Legenanan di Desa Cepagan dan Pesaren.
Tradisi
sedekah bumi Legenanan di desa Cepagan dan Pesaren ini dilaksanakan dengan cara
mengadakan pertunjukan wayang semalam suntuk, dimulai dari pukul 21.00 hingga
pukul 04.00 dini hari. Biasanya wayang yang digunakan adalah wayang golek yang
dipandu oleh Dalang Ki Retno, dalang yang termasyhur di daerah ini.
Masyarakat
desa Cepagan dan Pesaren ini mengadakan pertunjukan wayangdalam rangka
melestarikan tradisi sedekah Bumi Legenanan. Biasanya mereka mengambil tempat
di tanah lapang. Mereka memilih cara mengadakan pertunjukan wayang dalam rangka
sedekah bumi karena mereka meyakini bahwa kesenian wayang adalah kesenian yang
perlu dilestarikan dan merupakan warisan budaya nenek moyang.
Mereka juga
berprinsip bahwa mereka mengikuti jejak sunan kalijaga yang dalam dakwahnya menggunakan kesenian
wayang dengan lakon cerita / sejarah Islam. Karena masyarakat zaman dahulu
masih terpengaruh budaya Hindu/ Budha yang menyukai kesenian wayang sehingga
Sunan Kalijaga melakukan pendekatan kesenian wayang.
Selain itu
karena masyarakat Desa Cepagan dan Pesaren memang suka dengan kesenian wayang
ini, dibuktikan dengan banyaknya dalang yang berasal dari daerah ini, dan
setiap ada hajatan mereka juga sering mengundang pertunjukkan wayang untuk
memeriahkan acara mereka, misalnya khitanan.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Sedekah Bumi Legenanan ini
adalah suatu bentuk prosesi ritual untuk berbuat baik atau memuliakan sesuatu
yang ada di bumi yang dilaksanakan pada bulan Legena (Dzulqa’dah).
Tujuan dari Tradisi Sedekah
Bumi Legenanan adalah untuk menolak balak, memperoleh keselamatan dan terhindar
dari bencana atau musibah.
Pelaksanaan Sedekah Bumi
Legenanan ini berbeda-beda sesuai dengan daerah masing-masing. Misalnya di Desa
Masin masyarakatnya membuat sedekah golong dan melakukan kegiatan membaca yasin
dan tahlil di masjid atau musholla. Di desa Banjiran, masyarakatnya
melaksanakan ritual sedekah bumi Legenanan dengan meletakkan sesaji di
tempat-tempat yang angker oleh penduduk setempat. Di Desa Cepagan dan Pesaren
penduduknya melaksanakan Sedekah Bumi Legenanan dengan cara mengadakan
pertunjukkan wayang semalam suntuk.
Meskipun dilakukan dengan cara
yang berbeda-beda, Tradisi sedekah Bumi ini masih melekat dan merupakan warisan
budaya yang masih kita jumpai di lingkungan masyarakat pada zaman sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
Notowidagdo, Drs. H. Rohiman. 2000. Ilmu Budaya
Dasar Berdasarkan Al-quran dan Hadits. Jakarta : PT. Grafindo Persada.
Widagdho, dkk, Drs. Djoko. 2008. Ilmu Budaya
Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar